Survey of Dengue Hemorrhagic Fever Density in Makassar City, South Sulawesi Province

  • Afsahyana Lakasang BTKLPP Kelas I Makassar, Dirjen P2P Kementerian Kesehatan RI
  • Yohana Yohana BTKLPP Kelas I Makassar, Dirjen P2P Kementerian Kesehatan RI
  • Nurhayati Nurhayati BTKLPP Kelas I Makassar, Dirjen P2P Kementerian Kesehatan RI
  • Isnadiyah Isnadiyah BTKLPP Kelas I Makassar, Dirjen P2P Kementerian Kesehatan RI
Keywords: Kepadatan, vektor, Aedes aegypti

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi permasalahan kesehatan baik di wilayah perkotaan maupun wilayah semi-perkotaan. Penyakit ini telah tersebar di 477 kabupaten/kota atau sebesar 92,8% di Indonesia. Jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2017 sebanyak 59.047 kasus, jumlah kematian sebesar 444 orang, dengan IR adalah 22,55 per 100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,75%. Tujuan survei ini untuk mengetahui situasi kepadatan vektor DBD di Kota Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional untuk memperoleh informasi mengenai tempat perindukan dan kepadatan vektor Aedes aegypti. Data diolah dan dianalisis dalam bentuk tabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepadatan telur Aedes aegypti berada pada kategori sedang berdasarkan Ovitrap Index (OI) sebesar 32,89%. Kepadatan larva Aedes aegypti berada pada kategori tinggi berdasarkan House Index (HI) 45,52%, Container Index (CI) 25%, Breteau Index (BI) 52,07%. Angka ABJ sebesar 54,48%. Kepadatan nyamuk Aedes aegypti sangat tinggi berdasarkan Resting Rate (RR) di Rumah 1 (1) dan Rumah 2 (4,244) bila dibandingkan dengan baku mutu yaitu <0,025. Perlu mengoptimalkan pelaksanaan program 1 rumah 1 jumantik secara berkala agar mengurangi kepadatan jentik dan nyamuk Aedes aegypti.

References

Azizah GI & Faizah BR, (2010). Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali. Eksplanasi, Vol. 5, No.2, 2010:1-9.

Cruz, E.I., Salazar, F.V., Porras, E., Mercado, R., Orais, V., Bunyi, J., (2008). Entomological survey of dengue vectors as basis for developing vector control measures in Barangay Poblacion, Muntinlupa City, Philippines. Dengue Bull. Vol.32, 2008: 167– 70.

Dinkes Kota Makassar, (2020). Data DBD Tahun 2020. Dinas Kesehatan Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan. 2020.

Fitriana B, (2018). Hubungan faktor suhu dengan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kecamatan Sawahan Surabaya. Indonesia J Heal. Vol.13, No. 1, 2018:83–94.

Hasyimi M, Soekirno M, (2004). Pengamatan Tempat Perindukan Aedes aegypti pada Tempat Penampungan Air Rumah Tangga pada Masyarakat Pengguna Air Olahan. Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 3 No. 1, 2004 April: 37-42.

Kementerian Kesehatan RI, (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2018. Vol 1227.; 2018. Doi: 10.1002/qj.

Kementerian Kesehatan RI, (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2020. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kusumawardani, E, (2012). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap tangka pengetahuan, sikap dan praktik ibu dalam pencegahan demam berdarah. Thesis: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2012:1-95.

M. Hasyimi, Nanny H & Pangestu, (2009). Tempat-Tempat Terkini Yang Disenangi Untuk Perkembangbiakan Vektor Demam Berdarah Aedes sp. Media Litbang Kesehatan, Vol. 19, No. 2, 2009:71-77.

Murdani, A.P., Martini, S., Purnomo, W., (2016). Pemetaan Kejadian DBD Berdasarkan Angka Bebabas Jentik dan Jenis Infeksi Virus Dengue. J Keperawatan Kebid. Vol. 8, 2016:30-43.

Nazri, C., Hashim, A., Rodziah, I., & Hassan, A. Y, (2013). Utilization of Geoinformation tools for dengue control management strategy: a case study in Seberang Prai, Penang Malaysia. International Journal of Remote Sensing Applications, Vol. 3, No. 1, 2013:11-17.

Permenkes RI Nomor 5, (2017). Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan untuk Vektor dan Binatang Pembawa penyakit serta Pengendaliannya. Jakarta.

Pujiyanti, A., Trapsilowati, W, (2010). Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu rumah tangga dalam pencegahan demam berdarah dengue di Kelurahan Kutowinangun Salatiga. Vektora. Vol.2, 2010:102– 115.

Revi R K, (2017). Kepadatan Jentik Vektor Demam Berdarah Dengue di Daerah Endemis di Indonesia (Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah dan Papua. Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 16 No. 1, 2017 Juni:1-9.

Respati, Y.K, Keman, S. (2007). Perilaku 3M, Abatisasi dan Keberadaan Jenis Aedes aegypti Hubungannya dengan kejadian DBD. J. Kesling. Vol. 3, 2007:1007-118.

Sambuaga, J., (2011). Status Entomologi Vektor Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Perkamil Kecamatan Tikala Kota Manado Tahun 2011. JKL, Vol.1, No.1, 2011:54-61.

Sayono, (2008). Pengaruh Modifikasi Ovitrap terhadap Jumlah Nyamuk Aedes yang Tertangkap. Tesis (http://eprints.undip.ac.id/18741/1/sayono.pdf. Semarang: UNDIP.

Taviv, Y., Saikhu, A., Sitorus, H., (2010). Pengendalian DBD melalui pemanfaatan pemantauan jentikdan ikan cupang di Kota Palembang. Bull Penelit Kes; Vol. 38, 2010:198-207.

Thomas S, Suharyono W & Sri RH, (2006). Pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue: Petunjuk lengkap. Terjemahan WHO dan Depkes RI. Jakarta: DEPKES RI.

Vezzani D, Rubio A, Velazquez SM, Scheigmann N & Wieganol T, (2005). Detailed Assessment OI Microhabitat Suitability for Aedes aegypti (Diptra: Culicidae) in Buenos Aires, Argentina. Acta Tropica, 2005:123-131.

Wahyuningsih NE, Mursid R & Taufik H., (2009). Keefektifan Penggunaan Dua Jenis Ovitrap untuk Pengambilan Contoh Telur Aedes aegypti. di Lapangan. Jurnal Entomolog Indonesia, Vol. 2, 2009:95-102.

WHO, (2011). Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Revised and expanded edition
Published
2022-09-13
How to Cite
Lakasang, A., Yohana, Y., Nurhayati, N., & Isnadiyah, I. (2022). Survey of Dengue Hemorrhagic Fever Density in Makassar City, South Sulawesi Province. ancasakti ournal f ublic ealth cience nd esearch, 2(3), 124-131. https://doi.org/10.47650/pjphsr.v2i3.483