Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Kejadian Stunting Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Kota Makassar

  • Hasnawati S Universitas Megarezky Makassar
  • Muhammad Asri Universitas Megarezky Makassar
  • Salome Sagisolo Universitas Megarezky Makassar
Keywords: Kadar Hemoglobin, Anak, Stunting

Abstract

Kejadian stunting pada balita berisiko mengalami kegagalan tumbuh kembang yang berdampak pada melambatnya perkembangan otak serta retardasi mental dan risiko kesehatan jangka panjang berupa risiko penyakit kronis. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2022 jumlah balita yang mengalami stunting di kota Makassar sebanyak 8.61%. Puskesmas Antang memiliki prevelensi stunting sebanyak 7,36%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar hemoglobin (Hb) pada anak stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Kota Makassar. Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling sebanyak 15 sampel dan kadar Hemoglobin anak stunting dengan menggunakan metode Sahli. Berdasarkan kadar hemoglobin, sebagian besar sampel balita stunting memiliki kadar hemoglobin 10–10,9 gr/dl (Anemia ringan) hasil yang diperoleh tidak terdapat hubungan antara kadar hemoglobin dengan pertumbuhan balita stunting.

References

Aswin, Muhyi, & Hasanah. (2019). Hubungan kadar hemoglobin dengan kejang demam pada anak yang disebabkan infeksi saluran pernapasan akut. 270-275.

Clark. (2018). Iron Deficiency Anemia. Nutrition in Clinical Practice, 128-141.

Dinkes. (2019). Jumlah Balita Stunting Tahun 2020-2022 Makassar. Makassar.

Flora, Zulkarnain, & Fajar. (2019). Kadar zat besi serum dan hemoglobin pada anak stunting dan tidak stunting di Kabuaten Seluna. Semnas MIPA Kes UMRI, 16-22.

Garg. (2019). Epidemiological correlates of nutrional anemia in adolescent urls in rural wardha. Indian journal of community medicine, 155-158.

Kementerian Kesehatan. (2019). Tata Pedoman Penatalaksanaan Pemberian Tablet Tambah Darah.

Kemenkes. (2019). Laporan kasus kejadian Stunting. Jakarta.

Laila. (2018). Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Anak sekolah dan pengaruh terhadap prestasi belajar. 30-38.

Madiko, S. O., Rosmin, & Dewi. (2023). Hubungan Status Gizi Balita Dengan Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Timur. Jurnal Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Indonesia, 155-163.

Ni’mah C, M. L. (2019). Hubungan Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan dan Pola Asuh Ibu ibu dengan wasting dan Stunting balita keluarga miskin. Media Gizi Indonesia, 89-90.

Nshimyiryo, Bethany H, & Christine M, et al. (2019). Risk factor for stunting among children umder five years. BMC Publich Health, 175.

Prihutama, R. F. (2018). Pemberian Makanan Pendamping Asi Dini Sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun. Jurnal Kedokteran, 30.

Putri, V. D., & Levia. (2022). Hubungan berat badan lahir terhadap kejadian stunting pada balita usia 2-5 tahun. Jurnal STIKES Al-Ma’arif Baturaja., 147-151.

Rosha, Sisca D, Putri K, & Yunita. (2018). Determinan Status gizi pendek pada anak balita dengan riwayat berat lahir rendah (BBLR) di Indonesia. Ekologi Kesehatan, 195-205.

Sekartini, Oedjatmiko, & Wawolumaya. (2019). Prevalensi anemia defesensi besi pada balita usia 4-12 bulan di Kecamatan Matraman Jakarta Timur. Sari Pediatri.

Semba RD, P. S. (2020). Effect of parental formal education on risk of child stunting in Indonesia and Bangladesh: a cross-sectional study. Lancet. 2008;371(9609):322–8. 322-8.

Widyaningrum, R. (2018). Riwayat anemia kehamilan dengan kejadian stunting pada balita di Desa Ketandan Dagangan. Madica Majapahit, 89-99.
Published
2024-08-12
How to Cite
S, H., Asri, M., & Sagisolo, S. (2024). Hubungan Kadar Hemoglobin Dengan Kejadian Stunting Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Antang Kota Makassar. urnal romotif reventif, 7(4), 782-788. https://doi.org/10.47650/jpp.v7i4.1386