Pengembangan Desa Wisata Adat Using Kemiren melalui Pendekatan Penta Helix
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah membahas tentang pengembangan Desa Wisata Adat Using Kemiren melalui konsep Penta Helix. Seperti yang kita ketahui, bahwa konsep Penta Helix merupakan konsep kolaborasi antara lima pemegang kepentingan yakni pemerintah, masyarakat, swasta, akademisi, dan media massa. Kami menggunakan metode deskriptif, dengan pendekatan kualitatif dimana peneliti memanfaatkan sumber informasi di lapangan guna mencari informasi sedalam mungkin. Dalam prakteknya, pengembangan Desa Wisata Adat Using Kemiren masih mengandalkan dua aktor utama yakni Pemerintah Desa dan Masyarakat Kemiren. Sejauh ini, hasil yang di dapatkan memang sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Akan tetapi jika melihat potensi yang dimiliki oleh Kemirin, peluang untuk meningkat jumlah wisatawan serta mengembangkan potensi lokal masih sangat terbuka lebar. Oleh sebab itu dibutuhkan aktor atau pemangku kepentingan lainnya yang dapat mendukung pengembangan Desa Wisata Adat Using Kemiren.
References
Andayani, A. A. I., Martono, E., & Muhamad, M. (2017). Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata dan implikasinya terhadap ketahanan sosial budaya wilayah (studi di desa wisata Penglipuran Bali). Jurnal Ketahanan Nasional, 23(1), 1-16.
Atmoko, P. H. (2014). Strategi Pengembangan Potensi Desa Wisata Brajan Kabupaten Sleman . Jurnal Media Wisata, Vol. 12, No. 2. 12(2), 4-13.
Brata, I. B. (2016). Kearifan budaya lokal perekat identitas bangsa. Jurnal Bakti Saraswati (JBS), 5(1).
Dwi, M., & Muallidin, I. (2020). Strategi Lembag Adat dalam Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pengambangan Pariwisata di Desa Adat Using Kemiren. Jurnal Pemerintah dan Kebijakan, 2(1), 8-12.
Halibas, A. S., Sibayan, R. O., & Maata, R. L. R. (2017). The Penta Helix Konsep Of Innovation In Oman: An Hei Perspective. Interdisciplinary Journal of Information, Knowledge & Management, 12. 16(2), 34-43.
Hayat., & Amalia, L. (2019). Penguatan Budaya Andep Ashor dan Patronisasi Masyarakat Madura. Jurnal Inovasi Ilmu Sosial dan Politik, 1(1), 38-42.
Kirk, J., Miller, M. L., & Miller, M. L. (1986). Reliability and validity in qualitative research (Vol. 1). Sage.
Kusniawati, D., Islami, N. P., Setyaningrum, B., & Prasetyawati, E. (2017). Pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal melalui program desa wisata di Desa Bumiaji. Sosioglobal: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Sosiologi, 2(1), 59-72.
Lestari, G. (2016). Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di Tengah Kehidupan SARA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 28(1).
Pantiyasa, I. W. (2011). Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community Based Tourism) Dalam Pemberdayaan Masyarakat (Studi Kasus Di Desa Bedulu, Blah Batuh, Gianyar). Jurnal Ilmiah Hospitality Management, 1(2).
Prasiasa, D. P. O. (2013). Destinasi pariwisata berbasis masyarakat.
Rusyidi, B., & Fedryansah, M. (2018). Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 1(3), 155-165.
Sastrayudha, G. (2010). Handout Konsep Pengembangan Desa Wisata FPIPS UPI, 11.
Setyaningrum, N. D. B. (2018). Budaya lokal di era global. Ekspresi Seni: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni, 20(2), 102-112.
Suparlan, P. (2014). Bhinneka Tunggal Ika: Keanekaragaman Sukubangsa atau Kebudayaan?. Antropologi Indonesia.
Trisnawati, A. E., Wahyono, H., & Wardoyo, C. (2018). Pengembangan desa wisata dan pemberdayaan masyarakat berbasis potensi lokal. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 3(1), 29-33.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Copyright (c) 2021 Journal of Governance and Local Politics (JGLP)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.